Perihal Aku Memang Seperti Ini, Mengerti dan Dimengerti
#CurhatZone Ini bukan berita, bukan
cerpen, juga bukan tulisan lucu. Tulisan ini hanyalah rangkuman
percakapan sehari-hari dengan aku, dia, dan mereka serta bagaimana kita
meresponnya.
(Sumber gambar: pusatpelatihan.com)
Aku tuh memang orangnya kayak gini,
terus mau gimana lagi
Kalian mengertilah, sikapku memang
seperti ini
Kalian saja yang belum kenal aku,
aku memang seperti ini
Ada yang pernah dihadapkan dengan
orang-orang yang suka mengeluh atau tidak suka dikritik? Personally, saya pernah bertemu dengan orang-orang seperti itu.
Mereka yang diberi masukan agar menjadi lebih baik, namun berdalih bahwa
karakter mereka memang seperti itu dan tidak bisa dirubah. Sebagai gambaran,
seseorang yang memiliki sifat moody, lalu
dihadapkan dengan suatu kondisi dan membuat mood-nya
menjadi buruk (bad mood). Padahal situasi
dan kondisi yang dihadapi bukanlah masalah yang begitu besar. Ketika ditegur
atau dikritik, lalu mereka berdalih, ya
aku emang kayak gini. Kita memang tidak bisa menyamaratakan bila semua
orang menganggap suatu masalah itu adalah sama. Sebagian bisa saja
menganggapnya hal sepele, tapi tak sedikit pula yang menganggapnya besar karena
setiap individu memiliki kapasitas yang berbeda dalam menanggapi suatu
permasalahan. Hanya saja, bila ‘aku
memang seperti ini’ dijadikan dalih untuk tidak menerima kritikan, lalu
bagaimana mereka yang dihadapkan dengan orang-orang seperti itu?
Sekali dua kali masih bisa
dimaklumi, mencoba memahami, dan berusaha mengerti. Sayangnya, akan ada titik
jenuh bila ‘aku memang seperti ini’ secara
berulang dijadikan alasan agar orang-orang bisa mengerti dan mau memahami.
Tidak semua orang bisa bertahan dengan mereka yang tidak mau berubah. Umur
memang tidak menentukan kedewasaan seseorang. Namun, kedewasaan bisa dilihat
dari bagaimana mereka menanggapi kritikan dan menghadapi setiap permasalahan
yang mereka hadapi.
Alih-alih terpaku pada alasan ‘aku memang seperti ini’, akan lebih
baik bila kita mulai mengenali mengapa kita seperti itu. Dari ‘mengapa’, lalu
kita mencari tau bagaimana dampak dari sifat kita tersebut terhadap teman,
orang-orang di sekeliling, maupun lingkungan. Setelah menganalisis ‘mengapa’
dan ‘bagaimana’, mencoba mencari tau apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi
bahkan merubah ‘karakter’ yang kurang baik itu bisa menjadi solusi, sehingga
orang lain bisa nyaman dan kita pun bisa menjadi lebih dewasa.
Kita memang tidak memaksakan orang
lain untuk berubah. Pun, tidak bisa memaksakan orang lain untuk suka dengan
semua sifat-sifat kita. Kamu, aku, dan mereka adalah berbeda. Tapi, dunia itu
gak hanya tentang kamu atau aku. Manusia itu tidak hanya memerdulikan kamu atau
aku. Semua ada porsinya. Lalu bila ‘aku
memang seperti ini’ kamu jadi alasan agar orang lain mengerti, maka belajar
pula untuk mengerti orang lain.
Komentar
Posting Komentar