Rumput-Rumput yang Tumbuh Berbeda

ya
(Sumber gambar: kitamudamedia.com)

#CurhatZone, tulisan ini cukup klise, sering dibahas, dan sudah tidak asing lagi, hanya saja masih banyak yang terjebak dalam lingkaran ini. Yuk dibaca dan diresapi!

Teruntuk kamu yang masih merasa kecil. Teruntuk kamu yang merasa bukan apa-apa. Teruntuk semua yang masih suka membandingkan diri dengan orang lain. Seperti pepatah mengatakan, rumput tetangga memang lebih hijau, yang mana pepatah tersebut menyiratkan makna bahwa kehidupan orang lain ‘nampak’ selalu lebih baik. Orang lain ‘terlihat’ lebih bahagia dan berhasil dari kita. Dua kata, ‘nampak’ dan ‘terlihat’ keduanya sengaja diberi tanda petik karena kita hanya melihat apa yang orang lain ingin tampilkan. Faktanya, rumputmu dan rumput mereka berbeda. Entah berbeda jenis, berbeda tanah, berbeda cara perawatan sehingga hasilnya pun berbeda. Kamu tidak bisa menyamaratakan rumputmu dan rumput mereka. Sama halnya dengan dirimu dan mereka. Kita adalah individu yang berbeda dengan proses yang berbeda pula.

Pada dasarnya kita hanya bermain dengan perasaan dan prasangka kita. Menduga dan menebak kehidupan orang lain hanya dari tampilan mereka. Sama seperti melihat gunung dari kejauhan dimana berhasil menciptakan panorama yang memanjakan mata. Faktanya, bila didekati, ada tanjakan, bebatuan, serta tebing-tebing curam. Begitu pula dengan hidup kita dan orang lain. Kita menatap mereka lebih baik yang mana terkadang kita tidak menyadari bahwa mereka juga menatap hal yang sama terhadap kita. Alih-alih mengurus rumput kita sendiri, kita justru sibuk mengurus dan mengamati rumput orang lain. Bila menjadikannya motivasi, baiklah itu tak apa karna kita juga perlu role model dalam hidup kita. Namun, bila hanya membandingkan saja tanpa mau belajar dari proses mereka merawat rumputnya, bagaimana? Maka semakin menguninglah rumput kita.

Entah cepat atau lambat, satu yang juga perlu kita percaya bahwa roda kehidupan selalu berputar. Bisa saja rumput yang hijau belum tentu lebih baik, karena sesuatu selalu ada masanya. Tidak ada yang abadi. Mungkin saja ketika rumput tetanggamu tengah menghijau, rumputmu menguning untuk tumbuh lebih hijau di kemudian hari. Tidak perlu menyesali dan bersedih ketika rumputmu belum sehijau rumput mereka. Kamu hanya perlu terus berusaha dan berdoa. Meningkatkan syukur untuk setiap hasil yang telah dituai. Bukan perkara besar atau kecilnya hasil, tetapi tentang bagaimana kamu memaknai dan mensyukurinya. Kita semua sama-sama memiliki 24 jam dalam sehari. Waktu yang sama untuk kamu dan mereka merawat rumput masing-masing. Hijau, kuning, atau bahkan mati? Semua tergantung pada usahamu merawat mereka. Pun dengan keberuntungan karena tidak semua orang memiliki keberuntungan yang sama.

Kita adalah manusia yang sering kali merasa tidak puas hingga lupa bersyukur. Kita adalah makhluk sosial yang selalu ingin menampilkan sisi terbaik dari diri kita. Entah secara sadar tidak sadar itu membuat individu-individu lain merasa tersaingi. Apakah kamu merasakannya?

Bagaimana dengan kalian? did you feel it or no? Let's share your stories and point of view about this topic!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stres. Skripsi Bukan Perlombaan tapi Sebuah Proses

Blue Tamblingan, Kopi Istimewa dari Desa Munduk

Menunda pekerjaan, Menabung penderitaan