Aman di Luar Zona Nyaman

#ProfileZone ... sedikit cerita tentang ayu dan zona nyaman

(Ni Kadek Ayu Silviani, Mahasiswi Universitas Udayana)

       Zona nyaman tidak selalu menjadikan kita sebagai pemenang. Bukan pula tempat yang selalu aman. Tidak ada parameter pasti yang dapat mengukur zona nyaman.  Berada di zona nyaman menuntun kita untuk melakukan kegiatan yang sedikit banyak sudah dapat diprediksi sehingga kita merasa mampu untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Sayangnya, sering kali zona nyaman membuat kita melakukan kegiatan yang monoton dimana hal tersebut bisa menghambat berkembangnya potensi diri yang dimiliki oleh masing-masing individu.

       Mencari aman dengan terus berada di zona nyaman bukan hal yang salah. Hanya saja, mencari aman dengan berani keluar dari zona nyaman akan lebih baik. Mengapa? Sebab ketika kita keluar dari zona nyaman kita melihat banyak tantangan. Up and down akan ditemui ketika kita beranjak mencari hal baru karena kita tidak dapat memprediksi  apa yang kemudian akan terjadi. Beberapa hal bisa datang lebih cepat. Masalah yang harus dihadapi menjadi lebih menantang. Namun, di sinilah tantangan untuk mendapat tempat yang aman. Ketika telah keluar dari zona nyaman dan mampu menaklukan tantangan baru, maka kemampuan diri pun menjadi bertambah. Kemampuan memecahkan masalah, memperluas relasi, atau beradaptasi dengan situasi baru pun akan menjadi hal yang biasa pada akhirnya. Sehingga hasilnya kita bisa merasa aman walau tidak di zona nyaman sebab kita sudah cukup bisa dan terbiasa menguasai berbagai situasi dan kondisi.

       Sekilas gambaran di atas menjadi alasan mengapa orang-orang mulai mencari hal baru, salah satunya Ayu Silvi. Pemilik nama lengkap Ni Kadek Ayu Silviani ini tidak hanya memfokuskan dirinya pada kuliah saja, namun ia juga cukup aktif di berbagai bidang sosial, budaya, serta lingkungan. Beberapa kegiatan dan prestasi sudah ia torehkan seperti menjadi pemenang delegasi di bidang kebudayaan pada kegiatan ICN 2019, mengikuti beberapa kontes kecantikan seperti ajang Miss Internet Bali 2018 dan pemilihan Duta Hijau Bali. Selain itu, dirinya juga aktif menjadi master of ceremony (MC) di berbagai kegiatan formal maupun non-formal. Prestasi yang telah ditorehkannya bukan karena ia sudah sering berkecimpung di dunia kontes kecantikan maupun MC, namun karena ia ingin mengukur kemampuan dirinya lebih jauh.
Ayu Silvi (kanan belakang) pada malam final Pemilihan Duta Hijau Bali 2019)

       Kemampuannya berbicara di depan orang banyak sebagai MC didapatkan melalui proses yang panjang. Bermodalkan berani, Ayu sering mengiyakan permintaan rekan-rekannya untuk menjadi MC. “Ya, coba-coba aja, bantu temen buat jadi MC padahal bukan bidangnya di sana,” ceritanya. Di sisi lain, ia juga bukan berasal dari dunia modelling dan tidak terbiasa melakukan catwalk, namun Ayu menantang dirinya untuk mengikuti ajang Miss Internet Bali 2018 dan Pemilihan Duta Hijau Bali 2019. Walau hanya berhasil masuk hingga 7 besar di ajang Miss Internet Bali 2018 dan bertengger di posisi Runner Up III Duta Hijau Bali 2019 dirinya tidak pernah merasa kecewa. Begitu pula, ketika menjadi pemenang delegasi di bidang kebudayaan pada ajang ICN 2019 ia tak langsung berpuas diri dan berhenti belajar.  “Hal yang paling penting bukanlah menjadi pemenang tapi proses yang dijalankan.” Begitulah ungkapan yang pernah ia tuliskan.

      Beragam kegiatan yang diikuti Ayu telah memberinya banyak pelajaran dan keberanian. Ia mencoba untuk keluar dari zona nyaman dan kini ia pun merasa aman meski harus berhadapan dengan hal-hal baru.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stres. Skripsi Bukan Perlombaan tapi Sebuah Proses

Blue Tamblingan, Kopi Istimewa dari Desa Munduk

Menunda pekerjaan, Menabung penderitaan